Saturday, October 30, 2010

TEORI BERAS - NASI

Beras + Air + Panas = Nasi.
Maksudnya adalah jika kita ingin membuat nasi, maka kita memerlukan beras, merendamnya dengan air, lalu memanaskannya. Barulah beras tersebut bisa berubah menjadi nasi.
Paragraf diatas merupakan suatu contoh apa hal yang harus kita jalani untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Hal ini disebut dengan proses. Dalam kehidupan ini, semua butuh proses. Kehidupan ini pun merupakan suatu proses. Dari kita lahir sampai beranjak dewasa. Dari keadaan yang tidak tahu apa-apa sampai tahu beberapa. Semua adalah proses.

Kita tahu proses membuat suatu produksi barang, sangat ditentukan komposisi bahan yang bisa berbentuk rumus, misalnya membuat kue, dengan resep yang ada kemudian ikuti cara porses yang ditentukan, secara mudah akan menghadilkan kue yang diinginan. Diperusahaan plastic misalnya, dengan kompsisi biji plastik tertentu masuk dalam bentuk mould yang diinginan, maka jadilah panci, ember pipa dan lain-lain. Proses pabrikan sangat monoton dan didukung dengan mesin teknologi, jadilah apa yang diingnkan.

Bagaimana dengan proses kehidupan? Tidak demikian simple-nya seperti proses barang pabrikan, sangat ditentukan oleh berbagai unsure untuk mencapai satu hasil yang diinginkan. Pada dasarnya ada dua pokok dasar yang sangat signifikan dalam mencapai tujuan atau hasil yang akan diraih, yaitu :

1. Interposonal harus baik
hubungan dengan pihak kedua dst. Sangat menentukan proses itu sendiri. Karena pengendalian proses itu bukan ditangan anda melainkan ada pada orang lain. Misalnya butuh suatu bantuan. Sangat tergantung pada kerelaan, kemauan, keseriusan, kesungguhan hati seseorang. Apakah bisa memenuhi harapan? Sangat tergantung dari hubungan antara personal anda dengan orang yang diminta bantuan. Kita tidak bisa lepas dari kehidupan social dan bermasyarakat, tidak mungkin kita bisa hidup tanpa orang lain, bahkan orang lain bisa menjadi penghambat maupun pelancar proses hidup kita. Jika hubungan personal tidak baik, kemungkinan bantuan yang diminta akan mengecewakan, bahkan bisa juga hancur karena hubungan interpersonal yang jelek. Interpersonal merupakan satu skill yang harus dimiliki, untuk mendukung kelancaran proses. Banyak orang gagal karena belum memiliki skill ini. Sulit bersosialisasi ataupun berkomunikasi dengan orang, pendiam, malu dan sangat pasif mapun angkuh dalam kehidupan yang selalu membuat orang tidak suka. Kemampuan interpersonal bukan diperoleh dari bangku sekolah, ataupun anda memiliki pendidikan tinggi. Banyak pengusaha yang berhasil, hanya memiliki pendidikan sekolah dasar. Namun kemampuan interpersonal mereka baik, tidak heran banyak teman, banyak informasi sehingga memudahkan proses itu sendiri. Zaman orde baru pengusaha terkenal Lim Sioe Liong, hanya memiliki pendidikan dasar. Orang tua penulis hanya menikmati pendidikan dasar belum lulus, namun dia menjadi pegusaha sukses, beda dengan saya yang lebih banyak menikmati sekolah, kenyataan tidak sesukses beliau. Skill interpersonal berpegang peran dalam proses.
2. Intra personal
skill ini sering tidak diperhatikan, bahkan mentoreransikan diri karena merupakan hak patent ( sifat / tabiat ). Kesadaran akan kelemahan diri ( self awareness ) hampir tidak ada. Tanpa dikendalikan dengan baik, maka akan menyulitkan diri dalam proses, misalnya sifat malas, ceroboh, minder, suka iri hati, buat gossip, pemarah, otoriter, angkuh, suka putus asa, tidak ulet, bukan pendengar yang baik, mau menang sendiri. Ini semua penghambat diri dalam proses berjalan. Pepatah yang mengatakan musuh terbesar adalah diri sendiri sangatlah tepat! karena dia yang menguasai kehidupan kita. Jika seorang memiliki intra personal baik, kebanyakan interpersonal akan baik juga. Intra personal bisa diperbaiki dengan beberapa langkah yaitu :
a. Pengenalan diri ( self awareness ), yaitu mengenal emosi negative apa yang dimiliki – Misalnya saya suka marah, suka minder, suka iri hati yang tidak pada semestinya, suka buat gossip, suka putus asa, kurang ulet, suka bingung, rasa takut dan lain-lain. Pengenalan diri ini semestinya mudah, asal kita ada niat untuk memperbaiki diri, siap untuk merubah diri sendiri.
b. Maknailah emosi negative itu dengan jelas, bagaimana datangnya, apa saja yang mudah menyulut api emosi itu, misalnya suami pulang terlambat, appointment yang meleset, terganggunya emosi jika melihat orang lebih baik dari kita, saat mengalami kesulitan, saat melihat tampang yang seram atau terbayang masa lalu dan lain-lain.
c. Kendalikanlah dengan baik, misalnya tarik napas panjang, untuk menenangkan diri, lakukan self talk untuk tidak menuruti emosi itu, menyingkir dari objek penyebab, jika anda mudah dipicu marah, gerakan tubuh yang terbaik yaitu melipat kedua tangan anda, seperti anak manis mendengarkan gurunya mengajar. Kesadaran ini akan memudahkan anda melakukan perubahan dari pada anda dipaksa untuk melakukan, hasilnya pun akan kelihatan. Perasaan nyaman akan dirasakan saat anda berhasil mengatasi diri sendiri. Tentu masih banyak cara, yang tidak mungkin diungkapkan dalam tulisan ini.

Jika ketiga nya bisa dikuasai, maka anda pasti tidak akan mengkambinghitamkan nasib buruk. Karena semua itu ada ditangan anda. Anda yang menentukan apakah saya mampu mengatasi semua proses berjalan, keberhasilan dalam proses ( sesulit apapun ), akan membawa anda lebih sukses, karena proses itu endiri mampu pemberi spirit, motivasi kuat pada diri sendiri untuk melangkah lebih mantap. Ibarat perjalanan laut, kapal akan mengalami banyak halangan dari arus, gelombang, angin kencang, namun yang pasti ia akan menuju sasaran, tujuan akhir manakah yang membawa kenangan manis? tujuankah atau proses itu sendiri? Anda tentu bisa menjawabnya, bukan? Jangnlah menghindar dari masalah, hadapilah dengan penuh keyakinan, tentu ada jalan keluarnya, hanya waktu bisa berbeda, itu sebab nya butuh keuletan, ketabahan, kesabaran semua ini akan melahirkn pengalaman hidup yang luar biasa!


Dalam menjalankan sebuah proses, tentu kita harus tahu porsi yang tepat. Seperti contohnya pada paragraf pertama. Air yang dituang ke dalam tempat berisi beras, harus pas agar nasi tidak terlalu lembek. Ini menunjukkan kita harus berusaha sekuat dan segigih apa untuk mencapai tujuan. Lalu saat beras dan air tersebut sudah pas, kita panaskan dengan waktu yang cukup agar nasi tersebut tidak menjadi bubur. Ini menunjukkan kita harus tahu kapan harus berhenti terlena di dalam sebuah proses.

Proses Kehidupan tidak semudah menulis di atas buku, dari sebuah kertas kosong terisi dengan karya dan tulisan yang dapat menceritakan diri sendiri, atau bercerita tentang dunia lain, sosok orang lain, atau pengalaman penting kehidupan. Semua membutuhkan inspirasi. Proses Kehidupan itu juga membutuhkan kesabaran seperti penulis, pelukis, Master Zen, Pembaca, dan Petualang agar semua proses dapat dirasakan sebagai pelajaran paling berharga dalam hidup. Penulis sudah biasa menuangkan segalanya dalam tulisannya, tetapi proses kehidupan tidaklah demikian mudahnya. Tidak semudah menuang teh dalam cangkir, mudah untuk minum teh, tetapi sulit untuk menungkan teh kedalam cangkir tanpa satu tetes yang tumpah. Seorang Master Zen melatih diri dari ritual minum teh setiap sore, menuangkan sebuah teh dengan wangi dan cita rasa yang berbeda kepada orang yang berbeda, dengan tingkat derajat panas yang berbeda, dan menghasilkan aroma dan kenikmatan yang berbeda, mudah tetapi sulit dilakukan.

Apalagi mengamati proses kehidupan yang serba tidak pasti dan semua serba berbeda dalam kondisi yang selalu berubah.
Tidak semudah membaca novel, Pembaca yang sudah terbiasa membaca novel-novel indah karya sastra, akan mudah menyelami karakter tokoh dalam sebuha novel, menghayati dan masuk ke dalam alur ceritanya. Tetapi untuk membaca sebuah proses kehidupan tidaklah mudah, membutuhkan pengenalan terhadap sosok sang diri, pengenalan terhadap lingkungan di luar diri, dan pemahaman tentang alur kehidupan yang sangat sulit ditebak, memang tidak mudah. Tidak semudah melempar batu ke laut.
Bagi sang petualang lautan dan ombak adalah tantangan kehidupan, terkadang menguji satu keahlian dengan melempar batu sampai jauh sekali ke lautan lepas, ibarat melepaskan semua beban dalam dirinya, atau berteriak kencang mengalahkan suara ombak di laut. tetapi proses kehidupan dalam melepaskan semua beban hidup tidak semudah itu.
Tidak semudah melukis di atas kanvas, bagi seorang pelukis, apapun dapat dilukiskan dalam kanvas, kehidupan, obyek bergerak atau tidak bergerak, atau apapun dapat dituangkan dalam kanvas, tetapi untuk menghidupkan sebuah lukisan membutuhkan keahlian dan penjiwaan yang luar biasa. Melukis proses kehidupan tidaklah semudah menuangkan dalam kanvas, karena yang dilukis adalah sifat dan karakter kita sendiri yang sangat abstrak.

Proses memang tidak selalu mudah. Proses dalam kehidupan membutuhkan pengorbanan dan usaha yang lebih. Tetapi, proses bisa membentuk diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Itulah sebabnya mengapa banyak orang berkata bahwa proses lebih penting daripada hasil. Dengan melalui berbagai halangan dan rintangan dari sebuah proses, maka kita akan menjadi lebih sigap untuk ke depannya. Proses adalah suatu pengalaman dan pengalaman adalah guru yang paling berharga.
You can’t just jump to the end. The journey is the best part”
Robin Scherbatsky (How I Met Your Mother, American TV Series).
Ketika seseorang sudah lelah dengan apa yang sedang dia jalani untuk menggapai cita-citanya, ingatkanlah. Ingatkan bahwa hasil yang maksimal baru bisa didapat setelah kita menjalani proses yang maksimal pula. Mungkin memang bisa menggunakan jalan pintas atau jalan curang, tetapi pasti ada perbedaan diantara keduanya.

Di dalam sebuah perjalanan setiap individu, pasti ketidaksempurnaan akan sering terlihat berupa kesalahan-kesalahan atau yang biasa juga disebut dengan ketidakprofesionalan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi ketidaksempurnaan ini, dan pada umumnya orang yang tidak berjiwa baja akan menjadikannya sebuah perisai kuat untuk menangkis jeratan amarah dari pimpinan yang sering didengar sebagai alasan.

Butuh sebuah proses di dalam langkah manusia, menuju sebuah pendewasaan yang berujung pada keprofesionalan. Keprofesionalan ini diindikasikan dengan tidak tampaknya ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan walau tidak sempurna. Dapat digambarkan di sini bahwa manusia tercipta, lalu punya sebuah wewenang dan sebuah kewajiban. Kewajiban manusia adalah pendewasaan dan profesional dalam hidup, serta mampu memberikan karya terbaik sesuai jalur yang dimilikinya, alias profesional pula di bidang yang ditekuninya. Bagaimakah seseorang mampu menggapainya?
Layaknya jalur kehidupan, semua butuh proses, yakni proses pembelajaran. Di proses ini, manusia belajar apa yang mereka butuhkan, apa yang merupakan kesalahan, dan bagaimana meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut. Proses ini tentu bukan proses yang harus panjang dan lama, karena manusia tercipta dengan akal dan pikiran yang seharusnya mereka pakai untuk pembelajaran saat proses berlangsung. Cukup sekali, dua kali, atau tiga kali untuk membaca algoritma yang terbentuk, dan inilah proses, yang kemudian pada percobaan keempat dan seterusnya haruslah muncul sebuah hasil yang profesional, hasil yang tidak lagi bisa disebut dengan proses, setidaknya tidak mengulang kesalahan yang sama meski masih banyak kesalahan yang perlu diperbaiki. Dengan demikian, selama masa proses alangkah baiknya setiap individu mencoba, berani dalam inovasi, dan berusaha menggunakan akal dan pikiran mereka sebaik mungkin. Dan alangkah baiknya, saat usia menunjukkan kita dewasa, kita sudah menjadi manusia yang profesional, dengan maksud bahwa proses pembelajaran di letakkan maksimal di usia remaja. Jadi di saat remaja ini kita sebagai manusia yang berada pada proses pembelajaran diperbolehkan berkata “Proses lebih penting daripada hasil” ketika Anda mendapat sebuah hasil yang tidak maksimal dengan menjadikannya pembelajaran penting bagi pendewasaan Anda. Dan ketika Anda merasa dewasa, haruslah Anda berpandangan bahwa “Hasil lebih penting daripada Proses” karena pada kenyataannya yang dibutuhkan oleh dunia adalah hasil Anda.
Dewasakan diri Anda dengan pembelajaran yang cukup berarti dalam hidup selagi Anda merasa belum cukup dewasa untuk mengatakan “Hasil lebih penting daripada proses”!!!

Wacana diatas membicarakan tentang mana yang lebih penting antara proses dan hasil. Hal ini tergantung pada orientasi diri kita masing-masing dalam menjalani hidup. Tergantung juga dari cara pandang kita terhadap kehidupan.
Semoga kumpulan artikel diatas dapat membantu para pembaca untuk memahami apa arti dari sebuah proses. Pembaca juga dapat menilai mana yang lebih penting bagi dirinya, apakah proses atau hasil.

 Sumber keseluruhan : http://kuliah.ownedbyicha.com

Wednesday, October 27, 2010

WE KNOW NOTHING WE KNOW ANYTHING

Segalanya dimulai dari nol. Semua aktifitas yang kita lakukan dimulai dari ketidaktahuan, tidak tahu apa maksudnya, tidak tahu apa hasilnya, dan lain-lain. Dari ketidaktahuan tersebut maka akan muncul suatu rasa ingin tahu. Dari situ, muncullah suatu proses yang disebut pembelajaran. Setelah kita belajar, maka kita akan mengetahui bagaimana caranya, bagaimana metodenya, bagaimana melakukannya, dan lain-lain.

Dalam proses pembelajaran ini, kita mencari ilmu. Tidak hanya ilmu secara teori, tapi praktikal yang disebut keahlian atau skill.


Dari mulai kita hadir di dunia ini, kita sudah mulai belajar. Kita belajar beradaptasi dari yang sebelumnya kita tinggal di rahim ibu lalu harus menyesuaikan diri dengan keadaan di dunia. Dalam setahun atau dua tahun berikutnya, kita lewati dengan belajar mengenali wajah orang tua dan keluarga. Belajar merangkak, berjalan, berbicara, dan lain-lain.


Saat berumur lima tahun, kita mulai mengenyam pendidikan non formal seperti playgroup atau taman kanak-kanak. Setelah itu pendidikan formal SD, SMP, SMA dan mungkin ditambah dengan pendidikan non formal seperti kursus bahasa, seni, dan lain-lain.


Saat kita beranjak dewasa, kita belajar untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Proses belajar ini tidak akan selesai. Karena saat kita memulai sebuah keluarga, kita harus belajar untuk saling memahami pasangan. Saat kita menjadi orang tua, kita harus mengajarkan kebaikan pada anak kita. Bahkan pada masa tua pun kita masih harus tetap belajar.


Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “ilmu adalah cahaya”. Seperti yang kita tahu, cahaya adalah penerang dalam kegelapan. Begitu juga keadaan kita yang masih belum tahu apa-apa. Jika diibaratkan, saat kita mulai mempelajari sesuatu yang sama sekali tidak kita bisa atau tahu sebelumnya, kita bagai berada dalam sebuah terowongan panjang yang gelap gulita. Saat kita belajar, maka ada seberkas cahaya diujung sana yang menandakan jalan keluar dari terowongan gelap tersebut. Namun, seberkas cahaya saja tidak cukup untuk membantu kita keluar dari terowongan yang gelap. Kita membutuhkan sebuah penunjuk jalan atau arah. Maka dari itu, saya menyebut bahwa ilmu adalah cahaya sekaligus penunjuk arah bagi kita semua.


Seperti yang saya kutip dari Wikipedia, “Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia”.


Secara sadar maupun tidak sadar, kita haus akan ilmu. Kita membutuhkan ilmu untuk bisa melakukan sesuatu. Kita bersekolah pun untuk mendapatkan ilmu. Bukan hanya sekedar untuk mendapat nilai. Di sekolah, misalkan saat guru bertanya kita pun harus punya ilmu dasar untuk menjawab. Walaupun sekolah adalah tempat belajar dan dalam proses pembelajaran kesalahan itu wajar, tapi bukan berarti kita bisa menjawab dengan bebas tanpa tahu ilmu dasarnya. Setelah murid menjawab dan bila jawaban tersebut salah, maka tugas guru adalah mengoreksi. Jika jawaban sudah benar tapi masih kurang lengkap, maka tugas guru pula untuk melengkapi. Proses belajar mengajar di dalam kelas tidak hanya bersumber dari guru. Bisa juga sesama teman saling mengajari. Jadi, ilmu bisa didapat oleh siapa saja.

Sampai saat ini mungkin masih banyak yang bermalas-malasan saat sekolah maupun kuliah. Mereka, dan kadang saya juga berpikir seperti mereka, berpikir bahwa sekolah dan kuliah hanya sebagai formalitas. Karena setelah sekolah dan kuliah, kita dituntut untuk bisa unjuk gigi di dunia kerja. Sedangkan sekarang ini kita semakin sering mendengar kisah sukses seseorang yang tingkat pendidikannya tidak tinggi, atau mungkin tidak lebih tinggi dari kita. Tapi ada satu atau mungkin banyak hal yang mereka, dan kadang juga saya, lupa. Mereka yang sukses mempunyai skill yang kuat. Mungkin skill mereka memang bukan di bidang akademis, tetapi di bidang lain sehingga luput dari pengamatan kita. Mereka juga biasanya mempunyai niat dan usaha yang gigih. Sehingga perpaduan dari ilmu atau skill dan usaha akan menciptakan suatu kesuksesan.


Seperti yang saya bilang tadi, belajar tidak hanya lewat sekolah. Masih banyak hal yang bisa dijadikan sebuah tempat untuk belajar, misalnya adalah pengalaman. Saat kita sukses, kita terus belajar agar dapat mempertahankan kesuksesan. Disaat kita gagal, itu artinya kita harus belajar dan berusaha lebih keras lagi agar apa yang kita inginkan tercapai. Orang kaya harus belajar berbagi kepada sesama. Sedangkan orang yang kurang mampu harus belajar agar berusaha lebih keras lagi untuk bisa mencukupi kebutuhan.



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan melapangkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk menghormati penuntut ilmu karena merasa ridha terhadap apa yang mereka perbuat. Orang yang alim pasti akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi, bahkan oleh ikan yang ada di dalam air sekalipun. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang yang rajin beribadah (tanpa ilmu) seperti keutamaan bulan purnama apabila dibandingkan dengan semua bintang-bintang. Para ulama itu adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham. Akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya, sungguh dia telah mendapatkan bagian warisan yang sangat banyak.” (HR. Ahmad dan Ash-habu Sunan, lihat Sahihul Jami’, V/302).

Sumber: http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/01/02/ilmu-adalah-anugerah/



Setelah membaca kutipan diatas, semakin menambah poin plus terhadap ilmu. Orang yang berilmu akan diutamakan oleh Allah SWT. Mereka dimuliakan.

Sesungguhnya ilmu bisa membuat kita hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Karena dengan berilmu, semua permasalahan di dunia bisa kita atasi. Jika semua orang berilmu, mungkin tingkat kejahatan juga akan berkurang. Semua orang pasti menginginkan dirinya sukses di dunia dan mulia di akhirat.


Al-Hasan rahimahullah (wafat th. 110 H) berkata, ”Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah, dan kebaikan akhirat adalah Syurga”. Sedangkan Ibnu Wahb (wafat th.197 H) rahimahullah berkata, ”Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata ”Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah syurga”



Perhatikanlah bagaimana para ulama memegang ilmu sebagai sumber kebaikan di dunia,yang dengannya dapat diraih pula kebaikan di akhirat berupa syurga.Karena itu, hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan terus menerus mengejar ilmu dengan mengikhlaskan niat karena Allah Ta’ala.Ilmu yang dimaksud adlah ilmu yang bermanfaat.

Imam Ibnu Rajab (wafat th.795 H) rahimahullah mengatakan bahwa ”Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal : Pertama, mengenal Allah Ta’ala dan segala pa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskaan adanya pengagungan, rasa takut,cinta,harap,dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.

Kedua, mengetahui segala apa yang dibenci dan dicintai Allah Azza wa Jalla dan menjauhi apa yang dibenci dan dimurkai olehNya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin. Hal ini emengharuskan orang yang mengetahuinya untukbersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan kedua hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat.


Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap dalam hati maka sungguh, hati itu akan tunduk dan meras patuh pada Allah Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal.


Rasululah Salallahu Allaihi Wasallam mendoakan orang-orang yang mendengarkan sabda beliau dan memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah. Beliau bersabda : ”Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadist dari kami, lalu menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun dia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih pada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang tidak dapat dpungkiri hati seorang muslim selama-lamanya: melakukan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasehati ulul amri (penguasa) dan berpegang teguh pada jama’ah kaum muslimin,karena do’a mereka meliputi orang-orang yang berada dibelakang mereka.



Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya,menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang tealah ditetapkan baginya.” (Hadist Shahih diriwayatkan oleh Ahmad (V/183), ad-Darimi(I/75), Ibnu Hibban (no 72,73-Mawarid), Ibnu’Abdil Barr dalam Jaami’Bayaanil’Ilmi wa Fadhlihi(I/175-176,no.184),l afazh hadist ini milik Imam Ahmad dari Abdurrahman bin Aban bin ’Utsman radhiyallahu’anhum)



Israil bin Yunus (wafat th.160 H) rahimahullah mengatakan, ”Barangsiapa menuntut ilmu karena Allah Ta’ala, maka ia mulia dan bahagia di dunia. Dan barangsiapa menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ia merugi di dunia dan akhirat.



Dan diantara doa yang Rasulullah ucapkan adalah : ”Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat,rizki yang halal, dan amal yang diterima.






Saya pernah mendengar seseorang yang mengatakan bahwa kita harus meniru seekor ulat. Mungkin bagi sebagian orang, ulat adalah binatang yang menjijikan. Tapi kita tahu bahwa ulat akan melewati suatu proses yang disebut metamorfosis yang akan mengubah dirinya menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Begitulah seharusnya kita. Hidup itu harus ada perubahan. Jika dulu kita adalah seekor ulat, maka kita harus melalui proses metamorfosis atau proses pembelajaran agar kita bisa menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Jika diibaratkan sebuah komputer, kita harus melakukan upgrade setiap ada update terbaru dari sebuah aplikasi. Gunanya adalah agar bisa merasakan fitur terbaru dari aplikasi tersebut. Kita juga bisa membandingkan antara versi yang baru dengan versi yang lama.



Tidak ada kata berhenti untuk belajar dalam hidup ini. Karena hidup dan kehidupan terus berjalan. Apa yang menimpa, apa yang terjadi dan apa yang sudah menjadi “bubu”, itu semua pasti ada hikmahnya.

Bahkan dalam Islam sendiri ada sebuh tuntunan yang disampaikan oleh Rosul kita nabi kita Muhammad saw. Dengan hadistnya yang artinya “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)” (HR. Ibnu Majah). Kenapa kita tidak boleh berhenti belajar? dengan belajar kita akan tahu antara yang boleh dan tidak boleh, jadi belajar memang wajib untuk kita.

Setelah kita sekolah dari TK, SD, SMP, SMU, Kuliah. Apakah kita masih perlu belajar? Memang sih sekolah-sekolah formal udah kita laksanakan tapi yang namanya belajarkan bukan cuma yang formal aja. Bahkan untuk makan aja kita mesti belajar. Bagaimana adab orang makan, bagaimana do’a mau makan, bagaimana do’a setelah makan, dan masih banyak lagi.

Itu kalau dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dalam bidang bisnis atau kerja, ini sangat wajib untuk terus belajar. Bagaimana teknik berpromosi, bagaimana meningkatkan produksi, bagaimana meningkatkan efisiesi, bagaimana cara ini dan itu. Dan ini harus dilakukan oleh semua tingkatan mulai dari direksi sampai Karyawan (halah… ngomong opo?) hehehe….

Jadi intinya tidak ada kata untuk berhenti belajar.




Dalam satu tandan pisang, tak semua buahnya matang secara serentak. Ada diantaranya yang masih berwarna hijau tua. Maka, sang petani ada kalanya harus menyimpannya kembali beberapa saat menunggu hingga matang semuanya. Pisang yang telah matang dan pisang yang terlambat matang, kelak akan memiliki rasa yang sama yakni memiliki rasa pisang. Meskipun waktu untuk menjadi matang pada pisang berbeda-beda, begitulah kita.. tak mungkin semuanya sama. Ada kalanya menurut ukuran kita, suatu masalah dapat diselesaikan hanya dengan beberapa menit saja. Tapi bagi orang lain belum tentu, ia butuh waktu untuk menyelesaikannya. Bahkan belum sampai pada kesempurnaan. Namun pada akhirnya, hasil yang didapatkan tetap dapat dirasakan.


Dalam hidup ini tak seorang pun sempurna pada bingkai kemampuannya. Karena di antara kita memang tidak sama dan serupa, kita dilahirkan berbeda, hidup di lingkungan berbeda, pada kondisi yang berbeda dan segala hal yang berbeda. Yang mesti diingat adalah bahwa setiap orang memiliki kesamaan keinginan dan memiliki hak yang sama dalam mendapat kesempatan, betapapun itu harus dipergilirkan. Karenanya, percuma saja memperdebatkan suatu ketidaksamaan, perbedaan, dan ketidakcocokan dengan orang lain, karena kita tak akan mendapat titik temu.

Sungguh tak ada yang sempurna di antara kita, maka janganlah rendah diri, semua butuh proses menjadi lebih baik.




Menjadi manusia utuh, disadari atau tidak, menjadi cita-cita kita, manusia. Aristoteles, disamping Plato, filosof Yunani terbesar, menawarkan itu: Jalan untuk menjadi utuh. Barangkali kita ragu apakah seorang pemikir yang hidup 2300 tahun lalu masih dapat menunjukkan suatu jalan bagi kita, manusia abad ke-21. Tetapi Aristoteles, bersama Plato, sampai hari ini menjadi acuan pemikiran para filosof. Pernah, selama seribu tahun, Aristoteles agak dilupakan. Yang menemukannya kembali adalah para filosof Islam, terutama Ibn Rushd (1126-1198), sang bijak dari Cordova. Dari Ibn Rushd, Aristoteles diperkenalkan ke Eropa abad pertengahan dimana Thomas Aquinas (1225-1274) menjadikannya dasar system filosofisnya. Sejak itu Aristoteles dikenal sebagai “sang filosof”. Dan Romo Franz Magnis-Suseno, penulis buku ini, yakin bahwa etika Aristoteles di jaman sekarangpun masih sangat bermanfaat bagi kita.


Aristoteles adalah filosof Yunani pertama yang menulis sebuah “etika”. Tulisan dengan tujuan agar manusia belajar untuk hidup secara bijaksana. Gagasan dasar Aristoteles adalah bahwa manusia hidup dengan bijaksana semakin ia mengembangkan diri secara utuh. Menunjuk jalan bagaimana manusia dapat menjadi utuh itulah maksud Aristoteles. Aristoteles menulis etikanya agar mereka yang membacanya dapat membangun suatu kehidupan yang bermakna dan bahagia. Dan itu dicapai dengan memperlihatkan bagaimana manusia dapat mengembangkan diri, dapat membuat potensi-potensinya menjadi nyata, dan bagaimana karena itu ia menjadi pribadi yang kuat. Menjadi pribadi yang kuat berarti berhasil dalam kehidupan sebagai manusia. Itulah yang membuat kita bahagia dan itulah yang mau ditunjukkan oleh Aristoteles.


Menurut Aristoteles, setiap tindakan manusia pasti memiliki tujuan, sebuah nilai. Ada dua macam tujuan: tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara hanyalah sarana untuk tujuan lebih lanjut. Tujuan akhir adalah tujuan yang tidak kita cari demi tujuan lebih lanjut, melainkan demi dirinya sendiri, tujuan yang kalau tercapai, mestinya tidak ada lagi yang masih diminati selebihnya. Jawaban yang diberikan Aristoteles untuk tujuan akhir ini menjadi sangat berarti dalam sejarah etika selanjutnya, yaitu: Kebahagiaan! Kalau seseorang sudah bahagia, tidak ada yang masih dinginkan selebihnya. Maka pertanyaan kunci adalah: Hidup macam apa yang menghasilkan kebahagiaan?

Dua pengertian paling penting adalah bahwa hidup secara moral membuat manusia bahagia, dan bahwa kebahagiaan tidak diperoleh dengan malas-malas hanya ingin menikmati segala hal enak, melainkan dengan secara aktif mengembangkan diri dalam dimensi yang hakiki bagi manusia. Adalah jasa Aristoteles bahwa ia memperlihatkan bahwa hidup yang bermakna itu justru membuat bahagia.




Setelah disimpulkan mengapa manusia harus belajar?

Manusia perlu terus belajar untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Manusia belajar untuk bertahan hidup dan untuk mengembangkan dirinya.

Manusia dituntut untuk belajar agar ia bisa meletakkan dunia di atas tangannya, bukan meletakkan dirinya di atas dunia. Artinya adalah kita harus bisa menaklukkan dunia. Jangan sampai kita yang ditaklukkan oleh dunia. Kita harus bisa menjadi arsitek bagi kehidupan kita sendiri.

Manusia perlu belajar sebagai rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia. Jika seorang manusia tidak mau belajar, sama saja seperti makhluk lainnya yang tidak dianugerahi dengan otak yang sempurna seperti kita, misalnya hewan. Manusia juga perlu belajar untuk meninggikan derajatnya di mata Allah SWT.


Manusia perlu belajar agar bisa terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dari saat ini.
Demikianlah tugas ini saya akhiri. Semoga bisa bermanfaat bagi kawan-kawan sekalian dan para pembaca.

Sumber keseluruhan : http://kuliah.ownedbyicha.com

Saturday, October 23, 2010

ILMU, PENGETAHUAN, dan DASAR

Ya baiklah semuanya, kali ini saya akan membahas tentang Ilmu, Pengetahuan, dan Dasar untuk tugas mata kuliah ISD saya
Sebenarnya, apakah itu Ilmu, Pengetahuan, dan Dasar?
Mari kita simak pembahasannya dari beberapa sumber dibawah ini

APA ITU ILMU?
Menurut sumber ILMU ADALAH ANUGERAH
Ilmu adalah salah satu anugerah yang paling agung. Ketika menyebutkan berbagai macam kenikmatan dan karunia yang diberikan-Nya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah ta’ala menjadikan nikmat berupa al-Kitab dan al-Hikmah serta ilmu yang sebelumnya belum beliau ketahui sebagai salah satu karunia yang paling agung. Allah berfirman (yang artinya), ”Dan Allah menurunkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah), dan mengajarkan kepadamu sesuatu yang sebelumnya belum kamu ketahui. Maka karunia Allah atas dirimu itu sangatlah agung” (QS. An-Nisaa’ [4] : 113). (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 30).
Motivasi untuk menimba ilmu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan melapangkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk menghormati penuntut ilmu karena merasa ridha terhadap apa yang mereka perbuat. Orang yang alim pasti akan dimintakan ampunan oleh segala sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi, bahkan oleh ikan yang ada di dalam air sekalipun. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang yang rajin beribadah (tanpa ilmu) seperti keutamaan bulan purnama apabila dibandingkan dengan semua bintang-bintang. Para ulama itu adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham. Akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambilnya, sungguh dia telah mendapatkan bagian warisan yang sangat banyak.” (HR. Ahmad dan Ash-habu Sunan, lihat Sahihul Jami’, V/302).
Besarnya kebutuhan kita kepada ilmu
Kebutuhan manusia kepada ilmu jauh lebih mendesak daripada kebutuhan badan terhadap makanan. Sebab badan hanya membutuhkan makanan dalam sehari sekali atau dua kali saja. Sedangkan kebutuhan manusia terhadap ilmu itu sebanyak bilangan hembusan nafas. Hal itu dikarenakan setiap hembusan nafasnya senantiasa membutuhkan keikutsertaan iman dan hikmah. Kalau pada suatu saat dia kehilangan iman atau hikmah dalam satu tarikan nafas saja, maka sesungguhnya dia telah berada di tepi jurang kehancuran. Padahal tidak ada jalan untuk tetap beriman dan bersikap hikmah kecuali dengan memahami ilmunya. Oleh sebab itu kebutuhan terhadapnya jauh lebih mendesak daripada kebutuhan diri terhadap makanan dan minuman (al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 91)
Ilmu akan menerangi perjalanan hidup manusia
Ilmu adalah sumber kehidupan dan cahaya penerang hidup bagi seorang hamba. Adapun kebodohan, ia adalah sumber kebinasaan dan kegelapan bagi dirinya. Semua kejelekan bersumber dari ketiadaan kehidupan dan cahaya. Dan semua kebaikan sumbernya adalah keberadaan cahaya dan kehidupan. Karena sesungguhnya dengan adanya cahaya akan menyingkap hakekat segala sesuatu dan memperjelas tingkatan-tingkatannya. Dan kehidupan merupakan penentu sifat kesempurnaan, yang dengannya ucapan dan perbuatan bisa berfungsi sebagaimana mestinya (al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 34)
Ilmu, obat penyakit hati
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya hati itu menghadapi ancaman dua penyakit yang mendatanginya. Apabila kedua penyakit ini berhasil menaklukkannya itulah kebinasaan dan kematiannya. Dua penyakit itu yaitu penyakit syahwat (hawa nafsu) dan syubhat (kerancuan) dua penyakit ini adalah sumber seluruh penyakit yang menimpa manusia kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Allah.” Semua penyakit hati ini muncul akibat kejahilan (kebodohan), dan obatnya adalah ilmu, sebagaimana sabda Nabi dalam hadits tentang orang yang terluka kepalanya dan mengalami junub kemudian para sahabat menyuruh orang itu untuk tetap mandi (besar) sehingga menyebabkan ia mati, beliau bersabda, “Mereka telah membunuhnya! Semoga Allah melaknat mereka, mengapa mereka tidak mau bertanya ketika mereka tidak mengetahui? Sesungguhnya obat ketidaktahuan adalah dengan bertanya.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain).
Penyakit-penyakit hati itu lebih susah untuk disembuhkan daripada penyakit-penyakit fisik. Karena puncak penyakit fisik hanya berakhir dengan kematian bagi si penderita, sedangkan penyakit hati akan menyebabkan kecelakaan abadi pada dirinya. Tidak ada satupun penyembuh bagi jenis penyakit ini kecuali dengan ilmu; oleh sebab itulah Allah menamai Kitab-Nya sebagai Asy Syifaa’ (penyembuh) bagi penyakit yang ada di dalam dada. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus [10] : 57) (al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu)

sedangkan menurut WIKIPEDIA, ILMU adalah..
lmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia [1]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya[2].
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.

Bagaimana? Sudah cukup jelas kan apa itu Ilmu. Setelah membahas Ilmu, sekarang kita bahas apa itu sebenarnya PENGETAHUAN.

APA SIH PENGETAHUAN?

Menurut WIKIPEDIA
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
  1. Pendidikan
Pendidikan” adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
  1. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
  1. Keterpaparan informasi
pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.
Referensi
Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.


Sekarang, kita akan membahas apa itu Dasar?
Untuk kata Dasar ini, sepertinya saya akan menggunakan pendapat saya sendiri, kenapa? Karena di google tidak ada yang mambahas tentang “dasar”, jadi maaf-maaf saja kalau pendapat saya ini kurang bagus atau anda semua tidak setuju dengan pendapat saya.
Baiklah, menurut saya kata “dasar” itu mempunyai arti. Arti yang sangat singkat, yaitu suatu tingkatan yang paling rendah atau paling bawah. Tingkatan yang paling rendah atau paling bawah itu saya sebut dengan kata “dasar”. Begitulah saya berpendapat terhadap kata “dasar”.


KESIMPULAN
mempelajari atau mencari ilmu itu janganlah dijadikan sebagai sebuah beban. Karena ilmu adalah cahaya yang bisa menerangi hidup kita, sehingga kita bisa tau arah dan tujuan dalam menjalani hidup ini. Serta dengan ilmu, kita juga jadi bisa lebih mudah dalam membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk dari apa yang ada di sekeliling kita.
Selain itu, saat kita ingin mempelajari ilmu sama halnya seperti ketika kita ingin melihat bintang sebagai sumber cahaya, di langit. Sebaiknya kita mempelajari ilmu dengan pikiran yang terbuka, dan mengeyampingkan pikiran-pikiran lain yang mungkin bisa menggangu kita dalam mempelajarinya.  Dan kita juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa fokus dalam mempelajari ilmu yang ingin kita dapatkan tersebut.
Jadi inti dari segala inti tulisan kali ini yaitu, ternyata kata Ilmu, Pengetahuan, dan Dasar memiliki keserasian. Sehingga ketiga kata tersebut di susun menjadi suatu kalimat, yaitu Ilmu Pengetahuan Dasar.

Thursday, October 7, 2010

apa itu Homo Homini Socio dan Homo Homini Lupus?

NAMA            : HETTY MULIAWATI
NPM               : 13110304
KELAS           : 1KA16

Dalam tulisan ilmiah kali ini saya akan membahas tentang Homo Homini Socio dan Homo Homini Lupus. Sebelum kita mambahas mereka berdua, terlebih dahulu kita bahas tentang Manusia, kenapa? Karena Manusia berasal dari Homo Homini Socio dan Homo Homini Lupus.

DEFINISI MANUSIA
apa sih manusia itu?
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan teknologi, pengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.

Manusia adalah Homo homini socius (Manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya di dunia sosialitas ini ) (http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Driyarkara), merupakan sebuah istilah yang di utarakan pada awalnya oleh seorang filsuf berlatar belakang ekonomi, Adam Smith. Inti dari pikiran ini adalah bahwa manusia akan butuh orang lain dalam hidupnya untuk berinteraksi. Dalam sebuah teori yang sangat sederhana, teori ini dapat dengan sederhana dibuktikan dengan kebutuhan manusia akan akurasi dan dipandang baik oleh orang lain (aronson, 2004). Dalam konteks ingin dipandang baik oleh orang lain, akan menjadi sorotan dalam homo homini socius dan kemudian, kebutuhan ini akan dijelaskan lebih lanjut dengan konsep self esteem atau yang diterjemahkan menjadi harga diri.

Utuk lebih lengkapnya, inilah beberapa sumber yang membahas tentang definisi Homo Homini Socio:

Definisi Homo Homini Socio 1
Manusia, sudah jelas bahwa manusia yang dimaksud di dunia tidak hidup sendiri, dan tidak akan bisa hidup sendiri. Karena itu manusia juga disebut makhluk sosial, makhluk yang hidup berkelompok. Manusia membutuhkan informasi-informasi untuk mengetahui keadaan kehidupan yang ada, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan survive atau juga pertahanan hidup di dunia ini.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai aturan-aturan atau peradaban yang berbeda beda di dunia ini, setiap titik tempat pasti mempunyai peraturan yang berbeda beda. Peraturan tersebut dibuat untuk mentertibkan dan menyesuaikan dengan keadaan titik tempat tersebut, dan juga dibuat untuk mentertibkan komunikasi antar manusia.

Bukan baru-baru ini manusia sebagai makhluk sosial, tetapi sudah berabad-abad lamanya, sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, manusia sangat membutuhkasn satu sama lain, karena beberapa alasan, tetapi ada beberapa alasan yang sangat dominan yaitu :

1. Manusia butuh berinteraksi dan bersosialisasi atas dasar kebutuhan pangan, atau jasmaninya.
2. Manusia butuh berinteraksi dan bersosialisasi atas dasar kebutuhan pertahanan diri, atu kita bisa sebut survival, untuk bertahan hidup.
3. Manusia juga sangat membutuhkan interaksi dan sosialisasi atas dasar melangsungkan jenis atau keturunan.

Dari point-point di atas kita bisa melihat dan membayangkan bagaimana manusia sangat membutuhkan satu sama lain. Bukan hanya membutuhkan, tapi masyarakat atau kumpulan manusia yang berinteraksi adalah suatu komponen yang tidak terpisahkan dan sangat ketergantungan. Sehingga komunikasi antar masyarkat dientukan oleh peranan manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial.

Globalisasi, adalah perubahan secara besar-besaran atau secara umum meluas. Dalam arus globalisasi yang berkembang sangat cepat ini manusia menjadi makhluk yang sangat mudah meniru dalam arti meniru sesuatu yang ada di masyarakat yang terdiri dari :

1. Manusia mudah meniru atau mengikuti perkembangan kebudayaan-kebudayaan, dimana manusia sangat mudah menerima bentuk-bentuk perkembangan dan pembaruan dari kebudayaan luar, sehingga dalam diri manusia terbentuklah pengetahuan, pengetahuan tentang pembaruan kebudayaan dari luar tersebut.

2. Penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia, sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Secara umum, keinginan manusia untuk meniru bisa terlihat jelas dalam suatu ikatan kelompok, tetapi hal ini juga kita dapat lihat di dalam kehidupan masyarakat secara luas.Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1. Tekanan Emosiaonal. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Definisi Homo Homini Socio 2
Setiap makhluk tidak bisa hidup sendiri dalam menjalani umurnya di dunia ini, makhluk pertama yang bernama Adam pun melakukan komplain kepada Allah SWT atas kesendirian beliau hingga diciptakanlah makhluk yang bernama Hawa. Begitu juga kita sebagai keturunan Nabi Adam pasti juga demikian, atas kasih sayang Allah SWT terhadap seluruh hamba-Nya di dunia ini maka kita diciptakan berpasang-pasangan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa sebagai bentuk hubungan antar makhluk ciptaan Allah SWT dengan tujuan agar kita saling kenal mengenal. Siapapun anda, sekurang-kurangnya memiliki 100 orang yang dikenal. Setiap orang di sekitar kita pasti berpengaruh kepada kita; baik positif maupun negatif sebagaimana kata Aa’ Gym dalam ceramah beliau: berteman dengan orang yang jual minyak wangi maka kita akan kena wanginya, kalau berteman dengan pande besi maka bau pande besi. Namun bukan berarti kita harus mengesampingkan orang-orang yang berpengaruh buruk dan menghambat perjalanan kita meraih kesuksesan. Sebaliknya, kitalah yang harus memperkuat pengaruh positif agar dapat merubah pengaruh negatif tersebut. Teringat pesan orang tua penulis “Jadilah Muhammad (pen: Nabi Muhammad) yang merubah orang-orang di sekitarnya’, pesan tersebut memiliki makna bahwa kita harus menebarkan kebaikan di manapun, kepada siapa pun dan kapan pun.
Kenapa kita perlu bergaul? Karena kita makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya, binatang yang hanya mengandalkan nafsunya pun memerlukan binatang lainnya dalam dunia kebinatangannya, apalagi manusia yang hidup dengan pikiran, nafsu dan perasaan. Jadi, pergaulan atau yang kita kenal dengan silaturrahmi adalah proses pengembangan akses dan bukan jamannya lagi mengembangkan aset, karena aset pada umumnya ada karena kita memiliki akses sebagai sarana mendapatkan aset seperti sabda Rasulullah: siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung tali silaturrahim. (HR. Bukhari). Begitu indah silaturrahim dalam kehidupan ini dan memiliki banyak manfaat sebagai eksistensi kita sebagai manusia, sepengetahuan saya manfaat dari silaturrahim diantaranya. 1) Belajar dari pengalaman orang lain, hal ini sangat penting mengingat waktu kita sangat terbatas untuk mengenyam berbagai pengalaman. Mendengar cerita kesuksesan seseorang dalam menekuni bisnisnya selama 5 tahun, berarti kita telah menghemat waktu yang cukup banyak untuk mendapatkan pengalaman dalam bidang tersebut. Bagaimana jika kita banyak berdialog dengan banyak orang yang memiliki jutaan pengalaman?. 2) Memanfaatkan relasi teman, menurut saya ini metode Multi Level Marketing (MLM), apabila kita punya 10 orang kenalan yang prospektif dan memiliki akses 100 orang yang berpengaruh, maka minimal kita telah memiliki akses 100 orang yang berpengaruh juga. 3) Kekurangan kita tertutup, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, semisal anda tidak bisa mengendarai mobil, maka manfaatkanlah teman anda untuk mengendarainya dan manfaatkan dia untuk mengajari anda mengendarai mobil. 4) Pasar yang potensial, bisnis apapun yang kita miliiki, pasar atau komunitas yang pertama kali harus dibidik adalah orang terdekat atau teman. Karena merekalah yang telah mengenal dan mengetahui reputasi kita, sebab membangun kepercayaan pun di tengah-tengah mereka menjadi lebih mudah. 5) P3K, artinya pertolongan pertama pada kecelakaan. Ingat masa di pondok pesantren, orang yang pertama kali tempat kita meminjam uang adalah teman, bukan pak kyai ataupun jasa peminjaman uang. Orang yang pertama kali menolong dikala sakit adalah teman. Dan masih banyak lagi manfaat dari sebuah pergaulan positif dengan relasi kita.

Hubungan antar manusia juga sama seperti kita melakukan investasi uang di bank, jika kita memberikan sesuatu yang positif terhadap orang lain, berarti kita telah menabung ke bank emosi seseorang. Sebaliknya, ketika kita melakukan sesuatu yang negatif kepada seseorang, maka kita seakan-akan menarik uang yang kita tabung hingga minus atau tidak memilki tabungan sama sekali. Seseorang pemimpin tidak harus yang kuat dan hebat, tetapi pemimpin yang mempunyai paling banyak teman atau koneksi.

Definisi Homo Homini Socio 3
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan

Definisi Homo Homini Socio 4
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

Definisi Homo Homini Socio 5
Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan: bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seorang hewan (Hartomo, 2004: 75).
Di India oleh Mr. Singh didapatkan dua orang anak yang berumur 8 tahun dan 1 ½ tahun. Pada waktu masih bayi anak-anak tersebut diasuh oleh srigala dlam sebuah gua. Setelah ditemukan kemudian naka yang kecil mati, tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia sudah dilatih hidup bermasyarakat sifatnya masih seperti srigala, kadang-kadang meraung-raung di tengah malam, suka makan daging mentah, dan sebagainya.
Juga di Amerika dalam tahun 1938, seorang anak berumur 5 tahun kedapatan di atas loteng.karena terasing dari lingkungan dia meskipun umur 5 tahun belum juga dapat berjalan dan bercakap-cakap.jadi jelas bahwa manusia meskipun mempunyai bakat dan kemampuan, namun bakat tersebut tidak dapat berkembang, nika tidak ada lingkungan. Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai makhluk sosial (Hartomo, 2000: 77).
Di samping adanya hasrat-hasrat atau golongan instingtif pada manusia masih terdapat factor-faktor yang lain yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat. Faktor-faktor itu adalah:
1. Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau jenisnya.
2. Adanya kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah.karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan bersama, yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain.
3. Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat karena ia telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari lingkungannya.
4. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita, kebudayaan, dan lain-lain.

Definisi Homo Homini Socio 6
Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial dalam kerangka (bingkai)pendidikan
Tidak dapat disangkal bahwa menurut hakikatnya manusia adalah pribadi, makhluk individu. Tetapi juga tidak dapat disangkal bahwa ia berhubungan dengan makhluk-makhluk lainnya, termasuk manusia lainnya. Ia tidak tinggal dan hidup sendirian saja. Sebaliknya selalu berada bersama dan berhubungan dengan makhluk-makhluk serta orang-orang lainnya.
Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Mereka berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu yang satu pasti akan membutuhkan individu yang lain, karena seorang individu tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan mutlak. Maka timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.
Di dalam kehidupan manusia, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga negara masyarakat, dan warga. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Manusia dan masyarakatnya bukan merupakan dua realitas yang asing satu sama lain, yang saling mempengaruhi dari luar, melainkan membentuk horison dinamis dalam hubungan yang dialektis. Keduanya merupakan lapangan kerjasama dengan dorongan dialektis, saling memajukan dan saling memperkembangkan . Untuk itu kemajuan manusia merupakan hasil kerjasama antarmanusia bukan hasil seseorang. Sebagai konsekuensinya, manusia dan masyarakatnya merupakan dua momen itu saling melengkapi atau komplementer.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, karena Manusia tunduk pada aturan, norma sosial, Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain, Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Mereka berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu yang satu pasti akan membutuhkan individu yang lain, karena seorang individu tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan mutlak. Maka timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.
3. Pengembangan manusia sebagai makhluk Susila
Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat menggambarkan adanya nilai-nilai sosial yang hidup dalam masyarakat, yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat karena berguna sebagai pedoman dalam kehidupannya. Menurut Hendropuspito, nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan hidup bersama. Hal-hal yang dihargai masyarakat dapat berupa orang, benda, hewan, sikap, perbuatan, perilaku, cara berfikir, dan pandangan.
Kehidupan manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki aturan-aturan norma. Aturan-aturantersebut dibuat untuk menjadikan manusia menjadi lebih beradab. Menusia akan lebih menghargai nilai-nilai moral yang akan membawa mereka menjadi lebih baik.
4. Pengembangan Manusia Sebagai Mahluk Religius
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupu dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
Manusia merupakan karya allah swt, yang terbesar dilihat dari potensi yang dimilikinya. Manusia merupakan satu-satunya makhluk allah yang aktivitasnya mampu mewujudkan begian tertinggi dari kehendak tuhan dan menjadikan sejarah (QS. 5: 56 dan QS. 75: 36), serta menjadi makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperluka. Syarat-syarat tersebut menjadikan manusia mampu mengadakan hubungan timbal balik dengan alam dan sesamanya serta dengan pencipta dirinya yang juga pencipta alam.

Ternyata Homo Homini Socio mempunyai kembaran yaitu, Homo Homini Lupus.
Apa sih Homo Homini Lupus?
Homo Homini Lupus 1
“Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya” atau juga disebut “Homo homini Lupus ” istilah ini pertama kali di kemukakan oleh plautus pada tahun 945, yang artinya sudah lebih dari 1500 tahun dan kita masih belum tersadar juga. di jaman sekarang ini sangat sulit Menjadikan Manusia seperti seorang manusia pada umumnya, sepertinya istilah ini masih tetap berlaku sampai sekarang.
Tidak bisa dipungkiri Hidup di dalam suatu negara sangat di butuhkan sosialisasi karena kita tidak dapat Hidup dengan sendirinya tanpa ada manusia lain. Apalagi seperti keadaan sekarang ini kita Hidup di jaman yang serba susah. Demi mempertahankan hidup itu sendiri kita rela melakukan apa saja Mulai dari yang halal sampai yang Haram, tentunya semua itu kita lakukan  untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.Untuk mewujudkan itu semua memang tidak mudah dimana kita harus menghadapi berbagai konflik yang akan memicu lahirnya sikap saling mangsa Dan disinilah Peran Hati nurani & ego sangat dibutuhkan.
gambaran manusia di jaman sekarang ini sangatlah mengerikan dari segi sikap dan perbuatan terkadang lebih keji dari pada hewan yang paling buas sekalipun,saling sikut,saling berebut saling tikam bahkan saling memangsa layaknya serigala yang buas siap menerkam mangsanya demi sebuah kepuasan (ambisi).
sebagai contoh yang terjadi di dalam kehidupan kita seperti tindakan kekerasan,mulai dari perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan, serta aksi teror pemboman yang sedang trend di negara kita dan perang dunia yang memungkinkan akan terjadi lagi. Apakah itu disebut manusia? Tidak. Kenapa tidak? Karena itu semua manusia yang melakukanya dan dilakukan terhadap manusia juga.
Pengakuan sebagai umat beragamapun yang telah patuh terhadap ajaranya kerap kali sebagai alasan tindakan kekerasan bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Banyak pelaku kekerasan seperti tersebut menyatakan ini masalah iman, masalah Tuhan atau masalah kebenaran (kebenaran yang ditafsirkan manusia itu sendiri).
untuk menghadapi ini semua haruskah kita pun menjadi serigala? atau hanya diam dan menjadi domba yang berada di tengah-tengah gerombolan para serigala lapar?


Kesimpulan
Bagaimanapun manusia ingin mencoba hidup sendiri, dan tidak memikirkan orang lain, manusia akan tetap berada dalam kondisi dimana dia akan terikat dan membutuhkan orang lain. Homo homini socius merupakan sebuah konsep yang telah terbukti dengan adaptasi teori psikologis yang menjelaskan bahwa bagaimanapun, manusia akan terikat dengan lingkungannya dan khususnya lingkungan sosialnya. Sehingga, bahkan manusia yang hanya sendiri hidup di hutan pun akan membutuhkan orang lain untuk membentuk harga dirinya, dan ini tidak dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan. Sehingga intinya adalah bahwa manusia akan selalu membutuhkan orang lain, dan tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri, meski telah hidup sendiri, dan dapat hidup sendiri. Keterikatannya dengan orang lain dalam bumi telah menjadi satu hal yang mutlak, secara biologis mungkin orang yang merasa dapat hidup sendirian saja dapat terbebas dari keterikatannya dengan orang lain dan merasa tetap bisa hidup, namun di sisi aspek psikologis, orang tersebut telah mati, dan tetap membutuhkan orang lain untuk membentuk harga dirinya agar aspek psikologisnya tetap hidup. Tetapi menurut saya, Homo homini socius barpangkal dari dasar bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Manusia menurut paham liberal memandang bahwa manusia sebagai manusia pribadi, dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Manusia akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya, maka Hobbes menyebutnya homo homini lupus (homo = manusia, lupus = serigala). Oleh karena itu, manusia sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri Dan manusia akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya.
 

‏​‏​ ‏​‏ © All Rights Reserved | Something Baby: Design and Illustration by Emila Yusof