Tuesday, October 25, 2011

jadi "perawat" flashdisk


jangan anggap remeh benda mungil ini. kalau kita engga hati-hati dalam merawatnya, maka siap-siap aja kehilangan data penting karena flashdisk kita rusak.

jaman ini, flashdisk udah jadi salah satu must-have items buat para pengguna komputer. ini dikarenakan kita bisa menyimpan banyak data dalam bentuk yang mungil. harganya yang makin murah menyebabkan gadget ini makin menjadi primadona di kalangan pelajar, mahasiswa, maupun orang kantoran. akibat booming-nya flashdisk ini, para produsen pun mengemas flashdisk dengan berbagai bentuk dan warna yang menarik.

untungnya berbagai sistem operasi seperti windows, mac dan linux bisa langsung mendeteksi berbagai jenis flashdisk. kita jadi gampang mencabut dan menancapkan flashdisk di komputer manapun dengan mudah. meski demikian, ada beberapa rambu yang harus kita perhatikan agar flashdisk kita tetap awet dan mampu menyimpan data dengan aman. jangan cuma bisa pakai saja, tapi kita harus jago merawatya juga, dong.

Eject dan Stop
kemudahan “tancap-cabut” ini engga boleh dilakukan secara sembarangan, loh. kita engga boleh mencabut flashdisk dari port USB tanpa ngasih tau si komputer. lakukan selalu proses eject dan stop sebelum mencabutnya. klik kanan pada tanda USB pojok kanan bawah dan begitu mucul tulisan ‘Save To Remove Hardware’ klik stop. setelah itu kita boleh mencabutnya.
tanpa proses ini, flashdisk kemungkinan besar akan mudah rusak. file-file yang baru saja kita pindahkan pun bisa saja rusak atau bahkan engga tersalin sama sekali.

Awas Air dan Panas
air dan panas juga bisa mempengaruhi kualitas flashdisk. memang sih ada flashdisk yang mengklaim dirinya waterproof. tapi mendingan kita jaga-jaga, kan? jika suatu hari flashdisk kalian terendam air, jangan langsung dipake. keringin dulu menggunakan hairdryer, baru coba pakai lagi.

Hapus Tulis
sama kayak makhluk hidup, flashdisk juga punya usia, dan bisa mati alias engga bisa digunakan lagi. nah, usia masing-masing flashdisk berbeda, tergantung kualitas dan merk-nya. tapi umumnya sih cuma beumur sekitar 10.000-100.000 kali proses hapus tulis (rewrite). untuk membuat flashdisk awet muda, murangi proses hapus tulis tersebut agar usia flashdisk lebih panjang. juga usahakan untuk menghindari pekerjaan mengedit langsung dari flashdisk.

Kabel Flashdisk
posisi CPU kadang membuat kita susah mencolokkan flashdisk di port USB. hati-hati loh, jika kita engga cermat dalam pemasangan kepala konektor flashdisk bisa bengkok dan akhirnya rusak deh. untuk itulah kabel konektor USB ada.

Tutup Selalu
udara di sekitar kita penuh dengan debu yang tak terlihat. karena itu, lindungi flashdisk dengan cara menutupinya. soalnya begitu si flashdisk ini kotor, akhirnya akan mengganggu proses baca tulis. supaya lebih gampang, mulai sekarang pilih flashdisk yang ada tutupnya.

Awas Benturan
guncangan yang terlalu keras bisa menyebabkan komponen di dalam flashdisk menjadi rusak. jadi, jaga hati-hati agar flashdisk engga jatuh atau terbentur.

Anti Elektronik
kadang kita sering memasukkan flashdisk beitu saja kedalam tas bersama dengan handphone, mp3 player dan alat-alat elektronik lainnya. padahal perangkat elektronik ini bisa mengurangi umur flashdisk. karena itu sebaiknya hindari penyimpanan flashdisk di dekat tempat-tempat yang mempunyai medan magnet besar.

Awas Virus
hati-hati saat memindahkan data dari komputer publik. soalnya, virus juga bisa ikut-ikutan pindah. makanya jangan lupa melakukan ritual scan virus secara teratur. yang paling ama, hindari deh flashdisk kita dari warnet. jika ada file-file aneh didalam flashdisk yang didapat sepulang dari warnet, segera hapus.

nah, gampang kan merawat flashdisk?

Monday, October 24, 2011

Resume Hasil Presentasi Kelompok 6 Teori Organisasi Umum


       presentasi kelompok 6 teori organisasi umum kelas 2KA07 membahas tentang “arti penting kepemimpinan dalam organisasi”.

       dalam presentasinya dijelaskan bahwa seorang pemimpin adalah figur yang bijaksana, berani mengambil keputusan dan yang paling penting berwibawa dan bisa memimpin untuk mencapai tujuan bersama. oleh sebab itu diantara para anggota kelompok tentulah membutuhkan seseorang yang biasa memimpin kelompok itu, sebab jika tidak ada pemimpin maka akan terpecah belahlah kelompok tersebut.

       para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, serta kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat kinerja staff dalam suatu organisasi. para pemimpin juga memainkan peranan yang  sangat penting dan juga harus kritis dalam membantu kelompok, organisasi yang sedang dipimpinnya.

       menurut kelompok 6, jika didalam organisasi tersebut tidak terdapat seseorang yang bisa memimpin dengan baik maka organisasi tersebut tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.

       secara keseluruhan, untuk presentasi dari kelompok 6 sudah bagus. sama seperti  kelompok 5, hampir semua kesalahan-kesalahan dalam presentasi di kelompok-kelompok sebelumnya tidak diulangi dalam presentasi kali ini.

Resume Hasil Presentasi Kelompok 5 Teori Organisasi Umum


       “perubahan dan perkembangan organisasi umum” adalah materi pembahasan yang dibawakan oleh kelompok 5 teori organisasi umum kelas 2KA07 untuk presentasi.

       didalam presentasinya, mereka menjelaskan faktor yang menyebabkan berubah dan berkembangnya suatu organisasi.

       untuk studi kasus presentasi mereka banyak membahas tentang reshuffle kabinet INDONESIA BERSATU II. reshuffle kabinet bertujuan untuk meningkatkan kinerja para kabinet dalam rangka mensejahterakan rakyat. serta untuk meminimalisir adanya polemik-polemik yang berlarut-larut dan sulit untuk ditangani.

       di kelompok ini, tidak banyak materi yg disampaikan. mereka lebih banyak membahas studi kasusnya. selain itu, kelompok ini juga lebih banyak membahas pertanyaan-pertanyaan yang di tanyakan oleh beberapa audience.

       untuk keseluruhan, kelompok ini sudah sangat bagus dalam mempresentasikan suatu pembahasan. belajar dari kesalahan-kesalahan kelmpok terdahulu sepertinya sudah di lakukan oleh kelompok ini.

Monday, October 17, 2011

Resume Hasil Presentasi Kelompok 4 Teori Organisasi Umum


     “manusia di dalam kehidupannya sebagai mahluk hidup dan mahluk sosial pasti berkomunikasi, yang dimana seseorang memerlukan orang lain untuk saling berinteraksi. komunikasi itu sangat penting, banyak hal yang dapat di katakan bahwa adanya komunikasi”. itulah sedikit penggalan materi yang dibahas oleh kelompok 4 teori organisasi umum 2ka07 dalam presentasinya tentang “Komunikasi dalam Berorganisasi”.

      dalam presentasinya, mereka menjelaskan manusia memerlukan orang lain untuk saling berinteraksi merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.

    selain itu mereka juga membahas pengertian komunikasi organisasi dari beberapa tokoh, sifat komunikasi dalam organisasi, bentuk komunikasi, fungsi komunikasi dalam organisasi, model elemen organisasi, arus komunikasi, dan teori-teori dalam komunikasi organisasi.

     secara keseluruhan, untuk presentasi dari kelompok 4 sama bagusnya dengan kelompok 3. hampir semua kesalahan-kesalahan dalam presentasi di kelompok 1 dan kelompok 2 tidak terdapat didalam presentasi minggu ke-2 ini. semoga saja presentasi di minggu ke-3 bisa lebih baik dari minggu ini.

Resume Hasil Presentasi Kelompok 3 Teori Organisasi Umum


     “Proses yang  Mempengaruhi Pengambilan Keputusan dalam Organisasi” merupakan materi pembahasan presentasi kelompok 3 teori organisasi umum kelas 2KA07, yang kali ini akan saya resume hasil presentasinya.

     seperti judul pembahasannya, kelompok 3 membahas berbagai permasalahan proses pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. dalam presentasinya, mereka mengatakan jika keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada. dan tujuan pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.

     didalam presentasi, mereka juga membahas dasar dan faktor pengambilan keputusan, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, keputusan individual dan kelompok, dan proses pengambilan keputusan.

     dalam studi kasusnya, mereka mengambil contoh kasus  yang sedang terjadi pada saat ini, yaitu tentang rencana Presiden untuk me-reshuffle Kabinet Bersatu Jilid II, yang pada intinya Presiden Republik Indonesia mengambil keputusan secara wewenang dan pengalaman. Namun, pengambilan tersebut masih belum mempertimbangkan faktor-faktor pengambilan keputusan yang masih belum sesuai dengan dasar teori pengambilan keputusan, sehingga menuai banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan.

     hasil presentasi kelompok 3 sudah menunjukkan selangkah lebih baik dari presentasi kelompok 1 dan kelompok 2. tapi, masih ada satu hal yang harus diperhatikan oleh kelompok 3 ketika presentasi, yaitu tidak terlalu sering membaca teks ketika membacakan materi pembahasan dan lebih perbanyak kontak mata dengan para audiens.

Monday, October 10, 2011

Resume Hasil Presentasi Kelompok 2 Teori Organisasi Umum


       pada postingan saya kali ini, akan membahas resume hasil presentasi kelompok 2 teori organisasi umum kelas 2KA07. kelompok ini merupakan kelompok saya sendiri. kelompok saya mendapatkan materi pembahasan tentang “Konflik dalam Organisasi”.

       didalam presentasi kelompok saya menjelaskan bahwa konflik yang ada di dalam organisasi biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi. konflik organisasi ( organizational conflict ) ada karena ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota – anggota atau kelompok – kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya – sumber daya yang terbatas atau kegiatan – kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.

       menurut kami, keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. jika mereka tidak menyadari bahwa telah terjadi konflik di dalam organisasi, maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah terjadi konflik, maka konflik tersebut menjadi suatu kenyataan.

       didalam presentasi, kami juga menjelaskan pandangan-pandangan terhadap konflik, jenis-jenis konflik, penyebab timbulnya konflik, bagaimana cara mengelola konflik dan strategi penyelesaian konflik didalam suatu organisasi.

       menurut saya, untuk hasil keseluruhan presentasi kelompok saya masih sangat jauh sekali dari sempurna. masih banyak sekali hal-hal yang harus kelompok saya perhatikan atau kami siapkan untuk presentasi. jujur saja, pada saat presentasi kelompok saya sangat kurang sekali mempersiapkan semua hal yang harus disiapkan. sehingga pada saat kami presentasi banyak kesalahan-kesalahan yang kami perbuat. dari kesalahan pada saat membacakan materi sampai kesalahan ketika menjawab pertanyaan para audience.

       kami berharap kesalahan di kelompok kami tidak terulang dipresentasi kelompok selanjutnya.

Resume Hasil Presentasi Kelompok 1 Teori Organisasi Umum


       pada minggu pertama bulan Oktober, kelompok 1Teori Organisasi Umum kelas 2KA07 melakukan presentasi tentang “Arti Penting Organisasi dalam Masyarakat”. dan saya akan meresume hasil presentasi mereka di postingan kali ini.

       didalam presentasi mereka menjelaskan bahwa Organisasi adalah suatu wadah yang menaungi sekumpulan orang dengan visi dan misi yang sama demi mencapai tujuan bersama. Organisasi mempunyai struktur untuk pembagian kerja dan tata cara hubungan kerja sehingga mempermudah masing-masing pemegang posisi untuk menjalankan tugasnya.

       menurut mereka, dalam kehidupan bermasyarakat, organisasi mutlak diperlukan karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sosial, yakni berbaur dengan sesama. Organisasi dalam masyarakat juga diperlukan untuk mempermudah penyaluran aspirasi warga. Dengan adanya organisasi dalam masyarakat, warga jadi terbiasa dengan apa yang dilakukan dalam organisasi, misalnya: bermusyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan.

       di dalam presentasi, mereka juga menjelaskan jenis-jenis prganisasi, ciri-ciri organisasi dan manfaat organisasi.

       untuk hasil keseluruhan presentasi kelompok 1 sudah lumayan bagus. tapi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kelompok 1 ketika presentasi, seperti mengkaji lebih singkat bahan presentasi, sehingga para audiens tidak merasa bosan memperhatikan presentasi tersebut. lebih cepat dalam menjawab pertanyaan dari audiens dan ketika menjawab pertanyaan jangan terlalu bertele-tele atau berikan jawaban yang lebih fokus dengan pertanyaannya.

       mungkin itu semua terjadi karena kurangnya persiapan, kelompok 1 mendapat giliran pertama untuk presentasi. jadi, sangat saya harapkan untuk kelompok selanjutnya lebih baik lagi dan lebih dimatangkan persiapaannya untuk presentasi yang akan datang.

Saturday, October 1, 2011

Konflik Dalam Organisasi


Mata Kuliah  : Teori Organisasi Umum 1 #

Judul             : Konflik Dalam Organisasi

Dosen            : Ira Phajar Lestari

Kelas             :  2 KA 07

Kelompok     :  2

Anggota        : Agung Putra D (10110303)

                        Arya Amidika (11110148)

                        Deddy Setiawan (11110735)

                        Endrow Abdullah (12110367)

                        Hetty Muliawati (13110304)

                        M Hasbi ash shiddiqi (14110129)

                        M Aulia Rahman (19110297)

                        Randi (15110622)
                        Unggul Azhari Ramadhan (18110331)



BAB I

PENDAHULUAN



     Organisasi merupakan suatu sistem terdiri dari komponen-komponen (subsistem) yang saling berkaitan atau saling tergantung (interdependence) satu sama lain dan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Sub-subsistem yang saling tergantung itu adalah tujuan dan nilai-nilai (goals and values subsystem), teknikal (technical subsystem), manajerial (managerial subsystem), psikososial (psychosocial subsystem), dan subsistem struktur (structural subsystem).


     Dalam proses interaksi antara suatu subsistem dengan subsistem lainnya tidak ada jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara individu pelaksananya. Setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik antar individu maupun antar kelompok dalam organisasi. Banyak faktor yang melatar - belakangi munculnya ketidakcocokan atau ketegangan, antara lain: sifat-sifat pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan, komunikasi yang “buruk”, perbedaan nilai, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang akhirnya membawa organisasi ke dalam suasana konflik. Agar organisasi dapat tampil efektif, maka individu dan kelompok yang saling tergantung itu harus menciptakan hubungan kerja yang saling mendukung satu sama lain, menuju pencapaian tujuan organisasi.

     Selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak saling bekerjasama satu sama lain. Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut. Konflik tersebut mungkin tidak membawa “kamatian” bagi organisasi, tetapi pasti dapat menurunkan kinerja organisasi yang bersangkutan, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KONFLIK

    Banyak definisi tentang konflik yang diberikan oleh ahli manajemen. Hal ini tergantung pada sudut tinjauan yang digunakan dan persepsi para ahli tersebut tentang konflik dalam organisasi. Namun, di antara makna makna yang berbeda itu nampak ada suatu kesepakatan, bahwa konflik dilatarbelakangi oleh adanya ketidakcocokan atau perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan budaya.

  Konflik yang ada di dalam organisasi biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil adanya masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi. Dengan demikian konflik dapat diartikan adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi ( organizational conflict ) adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota – anggota atau kelompok – kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya – sumber daya yang terbatas atau kegiatan – kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang diharapkannya.

  Terlepas dari faktor-faktor yang melatar belakanginya, konflik merupakan suatu gejala dimana individu atau kelompok menunjukkan sikap atau perilaku “bermusuhan” terhadap individu atau kelompok lain, sehingga mempengaruhi kinerja dari salah satu atau semua pihak yang terlibat.

   Keberadaan konflik dalam organisasi, ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari bahwa telah terjadi konflik di dalam organisasi, maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah terjadi konflik, maka konflik tersebut menjadi suatu kenyataan.

2.2 PANDANGAN TERHADAP KONFLIK

    Terdapat perbedaan pandangan terhadap peran konflik dalam kelompok atau organisasi. Ada yang berpendapat bahwa konflik harus dihindari atau dihilangkan, karena jika dibiarkan maka akan merugikan organisasi. Berlawanan dengan ini, pendapat lain menyatakan bahwa jika konflik dikelola sedemikian rupa maka konflik tersebut akan membawa keuntungan bagi kelompok dan organisasi. Stoner dan Freeman menyebut konflik tersebut sebagai konflik organisasional (organizational conflict).


  Pertentangan pendapat ini oleh Robbins (1996:431) disebut sebagai the Conflict Paradox, yaitu pandangan bahwa di satu sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, namun di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisir konflik. Dalam uraian di bawah ini disajikan beberapa pandangan tentang konflik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Robbins (1996:429).


Pandangan Tradisional (The Traditional View).
     Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Pandangan ini konsisten dengan sikap-sikap yang dominan mengenai perilaku kelompok dalam dasawarsa 1930-an dan 1940-an. Konflik dilihat sebagai suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya kepercayaan dan keterbukaan di antara orang-orang, dan kegagalan
manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.

Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View).
     Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan konflik harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi. Pandangan ini mendominasi teori konflik dari akhir dasawarsa 1940-an sampai pertengahan 1970-an.

Pandangan Interaksionis (The Interactionist View).
      Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif. Stoner dan Freeman (1989:392) membagi pandangan tentang konflik menjadi dua bagian, yaitu pandangan tradisional (old view) dan pandangan modern (current view).

2.3 JENIS-JENIS KONFLIK
     Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.

a. Konflik Dilihat dari Fungsi
    Berdasarkan fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.

   Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut disfungsional.

b. Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
     Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989:393) membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:
1) Konflik dalam diri individu (conflict within the individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
2) Konflik antar-individu (conflict among individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain.
3) Konflik antara individu dan kelompok (conflict among individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena masing - masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
5) Konflik antar organisasi (conflict among organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.
6) Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in different organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.

c. Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Winardi (1992:174) membagi konflik menjadi empat macam, dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.
2) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
3) Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
4) Konflik peran, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan. Di samping klasifikasi tersebut di atas, ada juga klasifikasi lain, misalnya yang dikemukakan oleh Schermerhorn, et al. (1982), yang membagi konflik atas: substantive conflict, emotional conflict, constructive conflict, dan destructive conflict.

2.4 SUMBER PENYEBAB TIMBULNYA KONFLIK
   Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi yang melatar - belakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.

Komunikasi.
   Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan kesalah - pahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik, pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi anteseden untuk terciptanya konflik.

Struktur.
   Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.

variabel pribadi.
   Karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah satu dari kondisi tersebut terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan hal tersebut, maka muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut dengan konflik yang dipersepsikan (perceived conflict). Kemudian jika individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi, atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang dirasakan (felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku. Misalnya, serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik, huru-hara, pemogokan, dan sebagainya.

   Robbins (1996), menggambarkan tahap-tahap lahirnya konflik, sebagaimana yang diterangkan di atas, melalui gambar sebagaimana yang disajikan di bawah ini (gambar 1).


Gambar 1: Proses Lahirnya Konflik


   Sedangkan proses timbulnya konflik, sebagaimana yang digambarkan oleh Robbins, mirip dengan tahap-tahap konflik yang digambarkan oleh Schermerhorn, et al. (1982:461), seperti yang disajikan di bawah ini (gambar 2)

Gambar 2 Tahap-Tahap Konflik


2.5 MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI

  Para manajer menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menangani konflik. Upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Sebagaimana saat ini, dalam rangka otonomi daerah, banyak sekali perubahan institusional yang terjadi, yang tidak saja berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat. Menurut Gibson, et al. (1997), kegagalan dalam menangani konflik dapat mengarah pada akibat yang mencelakakan. Konflik dapat menghancurkan organisasi melalui penciptaan dinding pemisah di antara rekan sekerja, menghasilkan kinerja yang buruk, dan bahkan pengunduran diri.

  Para manajer organisasi publik harus menyadari bahwa karena konflik disebabkan oleh faktor-faktor yang berlainan, maka model yang digunakan dalam pengelolaan konflik juga berlainan, tergantung keadaan. Memilih sebuah model pemecahan konflik yang cocok tergantung pada beberapa faktor, termasuk alasan mengapa konflik terjadi, dan hubungan khusus antara pimpinan dengan pihak yang terlibat konflik. Menurut Greenhalgh (1999), efektivitas pimpinan organisasi dalam menangani konflik tergantung pada seberapa baik mereka memahami dinamika dasar dari konflik, dan apakah mereka dapat mengenali hal-hal penting yang terdapat dalam konflik tersebut.


2.6 STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
   Model Berikut ditujukan untuk menangani konflik disfungsional dalam organisasi. Dalam model ini digambarkan lima gaya penanganan konflik yang berbeda yang disajikan dalam bentuk tabel 2x2. Pada sumbu vertikal menggambarkan sisi pemecahan masalah yang berorientasi pada orang lain (concern for others), dan pada sumbu horizontal menggambarkan sisi pemecahan masalah yang berorientasi pada diri sendiri (concern for self). Kombinasi dari kedua variabel ini menghasilkan lima gaya penanganan masalah yang berbeda, yaitu: integrating, obliging, dominating, avoiding, dan compromising.


Integrating (Problem Solving). Dalam gaya ini pihak-pihak yang berkepentingan secara bersama-sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, kemudian mencari, mempertimbangkan dan memilih solusi alternatif pemecahan masalah. Gaya ini cocok untuk memecahkan isu-isu kompleks yang disebabkan oleh salah paham (misunderstanding), tetapi tidak sesuai untuk memecahkan masalah yang terjadi karena sistem nilai yang berbeda. Kelemahan utamanya adalah memerlukan waktu yang lama dalam penyelesaian masalah.

Obliging (Smoothing). Sesuai dengan posisinya dalam gambar di atas, seseorang yang bergaya obliging lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Gaya ini sering pula disebut smothing (melicinkan), karena berupaya mengurangi perbedaan-perbedaan dan menekankan pada persamaan atau kebersamaan di antara pihak-pihak yang terlibat. Kekuatan strategi ini terletak pada upaya untuk mendorong terjadinya kerjasama. Kelemahannya, penyelesaian bersifat sementara dan tidak menyentuh masalah pokok yang ingin dipecahkan.

Dominating (Forcing). Orientasi pada diri sendiri yang tinggi, dan rendahnya kepedulian terhadap kepentingan orang lain, mendorong seseorang untuk menggunakan taktik “saya menang, kamu kalah”. Gaya ini sering disebut memaksa (forcing) karena menggunakan legalitas formal dalam menyelesaikan masalah. Gaya ini cocok digunakan jika cara-cara yang tidak populer hendak diterapkan dalam penyelesaian masalah, masalah yang dipecahkan tidak terlalu penting, dan waktu untuk mengambil keputusan sudah mepet. Tetapi tidak cocok untuk menangani masalah yang menghendaki partisipasi dari mereka yang terlibat. Kekuatan utama gaya ini terletak pada minimalnya waktu yang diperlukan. Kelemahannya, sering menimbulkan kejengkelan atau rasa berat hati untuk menerima keputusan oleh mereka yang terlibat.

Avoiding. Taktik menghindar (avoiding) cocok digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sepele atauremeh, atau jika biaya yang harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar daripada keuntungan yang akan diperoleh. Gaya ini tidak cocok untuk menyelesaikan masalah - malasah yang sulit atau “buruk”. Kekuatan dari strategi penghindaran adalah jika kita menghadapi situasi yang membingungkan atau mendua (ambiguous situations). Sedangkan kelemahannya, penyelesaian masalah hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan pokok masalah.

Compromising. Gaya ini menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain. Ini merupakan pendekatan saling memberi dan menerima (give-and-take approach) dari pihak-pihak yang terlibat.Kompromi cocok digunakan untuk menangani masalah yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki tujuan berbeda tetapi memiliki kekuatan yang sama. Misalnya, dalam negosiasi kontrak antara buruh dan majikan. Kekuatan utama dari kompromi adalah pada prosesnya yang demokratis dan tidak ada pihak yang merasa dikalahkan. Tetapi penyelesaian konflik kadang bersifat sementara dan mencegah munculnya kreativitas dalam penyelesaian masalah.



BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN
   Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kualitas pelayanan publik dipengaruhi oleh tingkat konflik yang ada dalam organisasi. Faktor - faktor yang menjadi penentu tingginya kualitas pelayanan, misalnya: sikap responsif dan empatik dari para aparatur pemerintah akan sulit muncul jika di dalam organisasi terdapat tingkat konflik yang tinggi atau sebaliknya konflik yang terlalu rendah.

   Sering kita temukan dalam setiap organisasi tentang adanya sikap pro dan kontra dalam memandang konflik. Ada pimpinan yang memandang konflik secara negatif dan mencoba untuk menghilangkan segala jenis konflik yang ada. Para pimpinan ini bersikeras bahwa konflik akan memecah-belah organisasi dan menghambat terciptanya kinerja yang optimal. Konflik memberikan indikasi tentang adanya suatu ketidakberesan dalam organisasi, dan adanya prinsip-prinsip atau aturanaturan yang tidak dilaksanakan dengan baik.

   Pandangan yang berbeda terhadap konflik beranggapan bahwa konflik tidak mungkin dihindari. Semua bentuk ketidak - setujuan mengandung konflik, namun hal itu tidak perlu menimbulkan pertengkaran yang hebat. Para pimpinan yang setuju dengan pandangan ini berpendapat bahwa jika pihak-pihak yang berkonflik bersikap Back To Top dewasa dan percaya diri, maka apapun masalah yang menjadi sumber konflik akan dapat diselesaikan dengan baik. Mereka ini percaya bahwa kinerja organisasi yang optimal memerlukan tingkat konflik yang optimal atau moderat. Tanpa konflik, akan ada rasa tidak memerlukan perubahan, dan perhatian tidak terfokus pada masalah. Karena itu yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelola konflik sehingga konflik tersebut dapat dipertahankan pada tingkatan tertentu (optimal atau moderat) sehingga menimbulkan situasi kondusif dalam organisasi. Dengan demikian kualitas pelayanan yang diinginkan dapat tercapai.




REFERENSI

Gibson, James L., et al., 1977. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Alih bahasa oleh Adriani. Jakarta: Binarupa Aksara.
Greenhalgh, Leonard, 1999. “Menangani Konflik”. Dalam A.Dale Timpe, (Ed.), Memimpin Manusia. Alih bahasa oleh Sofyan Cikmat. Jakarta: PT.Gramedia.
URLS:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/konflik-dalam-organisasi-3/
http://uny.ac.id
http://usu.ac.id
http://wikipedia.org
http://google.co.id
http://ocw.gunadarma.ac.id
http://staffsite.gunadarma.ac.id

 

‏​‏​ ‏​‏ © All Rights Reserved | Something Baby: Design and Illustration by Emila Yusof