Tuesday, November 23, 2010

MAPPING THE SUBJECT - Associative Regression

Pernahkah kamu merasa bahwa sifat kamu sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar? Misalkan kamu sedang bersama keluarga maka kamu akan bersikap seperti salah satu diantara anggota keluarga kamu. Lalu jika sedang bersama teman-teman maka kamu akan merasa sifatmu menyerupai salah satu dari mereka.
Inilah yang disebut dengan “Associative Regression” atau “Revertigo”. Mungkin kamu jarang mendengar kata-kata ini. Karena setelah saya telusuri, memang kata-kata ini kurang begitu populer. Lalu pada tahun 2008 ketika kata revertigo ini ditayangkan di sebuah serial TV Amerika, maka semakin banyak orang yang menggunakan kata ini.
Seperti yang saya kutip dari Fortitude Magazine, Revertigo may not be a real world, but it's very real.
The term originated in the show “How I Met Your Mother”. I think Jason Segel’s character Marshall Eriksen can be credited for coining it. It means that when you come across somebody from your past, you revert to your old personality when you used to spend time with that person – e.g. adults who act juvenile in the presence of their siblings or parents. The lead character in the series, Ted Mosby, played by Josh Radnor, expressed doubts over the existence of the word (“It’s a stupid, made-up word with no meaning!”). Whether “revertigo” has, in fact, insinuated itself in the dictionary (the serious one; it’s definitely already making the rounds of urban dictionaries and other specialized word listings) — or if it ever will — remains to be seen. Nevertheless, it’s very real. There is probably a technical or official term for it in the field of psychology, but thanks to “revertigo’s” rise to fame, it will probably remain obscure.

Inti dari kutipan diatas menjelaskan tentang pengertian dari revertigo. Keadaan ketika kamu berhadapan dengan seseorang di masa lalu, maka pada saat itu kamu akan kembali ke kepribadian lama kamu ketika masih bersama dia. Seperti contohnya ketika kita bertemu dengan keluarga yang lebih tua seperti sepupu yang lebih tua atau nenek kita, maka kita akan bersikap lebih dewasa.
Pada kutipan diatas juga dijelaskan bahwa revertigo ini sendiri bukan lah kata-kata yang sebenarnya. Fenomena ini memang sudah terjadi sejak lama, tapi kita semua masih belum tahu kata apa yang tepat untuk menggambarkannya. Maka sejak dilontarkannya kata-kata ini dalam acara tersebut, kata inilah yang dipakai untuk menggambarkan fenomena tersebut. Kata revertigo ini pun mulai masuk ke Urban Dictionary. Dan tidak menutup kemungkinan akan masuk ke kamus resmi.
Di Urban Dictionary sendiri, ada beberapa definisi untuk revertigo.
  • When you see people from your past, you start acting like you did when you used to spend time with them. (i.e. you start acting like a 14-year-old when you unexpectedly run into your freshman year boyfriend at the grocery store).
  • brought on by being near a person or persons from your past, revertigo is when a person begins to act how they did at the time they knew said person(s).
  • When you're around someone from your past and you revert back to the person you were when you knew them.
  • a phenomenon where when you're around people from your past, you start behaving like them.
  • Dizzyingly inexplicable reversion to past behavior in the presence of a lost aquaintance once associated with the behavior. Going back in time, in personality.

Revertigo adalah bahasan yang menarik. Karena disini jelas sekali bahwa kepribadian manusia sangat dipengaruhi oleh kepribadian orang di sekitarnya. Seperti layaknya pepatah, “jika anda berteman dengan penjual parfum, maka anda ikut menjadi wangi

Sebelum membahas lebih jauh tentang revertigo, saya akan menjelaskan dulu definisi kepribadian.

Kepribadian
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggirs “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan suatu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan suatu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya: seorang pendiam, pemurung, periang, peramah, pemarah dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan mealui kedok yang dipakainya. Lalu bagaimanakah para pakar psikologi mendifinisikan kepribadian itu sendiri? Apakah aspek-aspek kepribadian itu? Lalu bagaimana kepribadian itu berkembang?

Pengertian
Kepribadian itu memiliki banyak arti, bahkan saking banyaknya boleh dikatakan jumlah definisi dan arti dari kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian dan pengukurannya.<br />
MAY mengartikan keperibadian sebagai “Personalitiy is a social stimus value”. Artinya personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian kita.

McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan”.

Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego.

Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.

Sedangkan Gordon W. Allport memberikan difinisi kepribadian sebagai berikut: “Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem praktis psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.

Sedangkan menurut Wikipedia, Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Masih menurut Wikipedia, kepribadian ditentukan oleh berbagai faktor. Yang akan saya kupas disini adalah pengaruh dari faktor lingkungan.

Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

Jika membahas lebih dalam tentang revertigo ini, maka kita bisa menghubungkan ke post saya sebelumnya yakni Homo Homini Socio. Disana membahas tentang betapa seorang manusia membutuhkan manusia lainnya. Dari mulai lahir, kita sudah membutuhkan orang lain. Seorang bayi tentu saja membutuhkan ibunya untuk memberi makan, minum, dan lain-lain. Sampai tua pun kita masih tetap membutuhkan orang lain. Yang saya coba jelaskan disini adalah, dimana kepribadian kita akan berubah seiring dengan peranan “orang lain” tersebut dalam hidup kita.

Pernahkah kamu mendengar seorang gadis kecil jika ditanya, “siapa idola kamu?” Maka dia akan menjawab lantang, “ibu!”. Ini tentu datang bukan tanpa sebab. Gadis kecil tersebut pastinya selalu memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ibunya. Lalu ada sesuatu yang dia suka dari ibunya dan ini akan membuat dia mencoba bersikap seperti ibunya. Contohnya saat dia sedang menginginkan sesuatu, mungkin pada mulanya dia akan merengek pada ayahnya. Tapi lama-kelamaan dia akan berinisiatif. Dia bisa menilai bahwa ayahnya menyayangi ibunya, maka dari itu dia harus bisa bersikap seperti ibunya agar sang ayah mau menuruti kemauannya.

Keluarga adalah faktor penentu kepribadian yang paling dominan. Keluarga adalah faktor lingkungan pertama dan utama yang menentukan perkembangan kepribadian sekunder. Seorang individu yang dibesarkan di keluarga yang otoriter (keluarga militer), dimana cara mengungkapkan sikap dan perilaku ditentukan semata-mata oleh orang tuanya, tentu saja akan berbeda dengan individu yang dibesarkan di keluarga biasa atau keluarga yang lebih bebas.

Ada kemungkinan juga bahwa keluarga hanya benar-benar mempengaruhi kepribadian sekunder. Disini maksudnya adalah kepribadian primer seorang individu tersebut tidak hilang atau hanya tersembunyi saat dia sedang berada di sekitar keluarganya. Jadi ketika bersama keluarga, dia akan berkepribadian seperti A. Namun saat bersama teman-teman, dia akan berkepribadian seperti B. Inilah sebuah contoh revertigo yang nampak jelas.

Adakah efek samping dari revertigo? Mari kita mulai membahas dari efek positifnya.
Dalam suatu perkumpulan, kita akan lebih mudah diterima dalam perkumpulan tersebut jika kita memenuhi suatu kriteria. Biasanya perkumpulan adalah wadah dari beberapa individu yang memiliki suatu kemiripan, apakah itu kepribadian, motivasi, hobi, dan lain-lain. Dengan kata lain, saya menilai bahwa revertigo ini akan membuat kita lebih mudah diterima dalam pergaulan.
Revertigo juga bisa menjadi moment yang menyenangkan. Dimana kita mengenang masa-masa saat kita masih bersama orang tersebut.
Namun ada juga efek negatif dari revertigo. Revertigo ini tidak selalu melekat pada diri kita. Bisa saja, suatu waktu kepribadian primer kita menjadi dominan lalu revertigo menghilang. Contohnya adalah saat kita mengenal rekan kerja kita, sebut saja C. Karena dituntut oleh profesionalitas, C terlihat seperti pribadi yang disiplin, pekerja keras, dewasa, dan bertanggung jawab. Namun seiring berjalannya waktu kita mulai bisa melihat kepribadian asli dari si C, yakni ceroboh, pelupa, dan suka menyalahkan orang lain.

While revertigo can sometimes be a fun distraction, it can be stressful, too. For example, many people go through revertigal transformation when they visit their families for the holidays, and end up playing a sort of role in response to other family members. This can feel stifling, and can be annoying for spouses who may not be used to the reverted version of the people they love.

Kesimpulannya, revertigo mungkin memang bukan kata yang nyata. Tapi fenomena ini sangat nyata dan mungkin beberapa dari kita sering mengalaminya.

Sumber keseluruhan : http://kuliah.ownedbyicha.com

0 comments:

 

‏​‏​ ‏​‏ © All Rights Reserved | Something Baby: Design and Illustration by Emila Yusof